Kapten abadi Il Rossoneri
FAKTA BARESI
Nama lengkap :Franco Baresi
Julukan :Il Capitano, Piscinin, Il Bandiera
Lahir :Travagliato, Brescia (Italia) 8 Mei 1960
Posisi : Defender
Nomor Kostum :6
Karier Klub :AC Milan (1978-1997)
Karier Timnas :Italia (1982-1994)
Prestasi :
- 6 Scudetti (1978-79, 1987-88, 1991-92, 1992-93, 1993-94, 1995-96), 4 Piala Italia (1987-88, 1991-92, 1992-93, 1993-94), 3 Liga Champion (1988-89, 1989-90, 1993-94), 2 Piala Interkontinental (1989, 1990), 3 Piala Super Eropa (1989, 1990, 1994)
Milan adalah Franco Baresi. Demikian sebaliknya. Pemeo itu bertahan di San Siro selama hampir 20 tahun karier sang legenda hidup AC Milan itu sejak 1978-1997. Tak ada yang meragukannya. Sebab, dia adalah pemimpin, inspirator, penjaga, sekaligus bangunan wibawa klub tersebut.
Orang Italia menyebut Baresi sebagai Il Bandiera. Simbol dan roh Milan. Defender yang tak hanya menjadi pilar pertahanan I Rossoneri, tapi juga keseluruhan permainan tim. Wajar jika partai terakhirnya bersama Milan pada 1997, ribuan tifosi I Rossoneri menangisinya. Seolah, mereka telah kehilangan segala kekuatan yang dimiliki Milan. Baresi pun tak sanggup menahan haru. "Seandainya bisa, aku ingin tetap muda lebih lama. Tapi aku sudah tua dan saatnya harus memberi tempat buat yang lebih muda. Toh aku tidak meninggalkan Milan dan tetap bersama kalian," kata Baresi yang saat itu langsung menjabat sebagai salah satu direksi Milan.
Bersama Baresi, Milan memang telah mengeruk banyak kejayaan. Selain mendominasi Liga Serie-A, geng San Siro ini juga merajai kompetisi Eropa. Tiga kali juara Liga Champions, plus dua gelar Piala Interkontinental (sekaran Piala Dunia Antar Club). Sosoknya dianggap sakral dan tak tergantikan. Il Capitano yang sudah menjadi kapten sejak umur 22 tahun dan baru berakhir saat dia pensiun. Kepemimpinan panjang yang penuh kesan. Bagi mereka, sebutan Il Capitano sama halnya dengan "Kamerad" buat seorang pemimpin megeri. Nomor 6 di kostumnya pun disakralkan dan diabadikan. "Nomor itu tak akan pernah dipakai pemain mana pun di Milan, karena sudah menjadi milik Franco Baresi. Dan, rasanya tak akan pernah ada lagi pemain seperti dia. Pemain yang begitu berjasa buat klub ini," kata Presiden Milan, Silvio Berlusconi.
Itu juga berkat dedikasinya kepada klub yang begitu besar. Loyalitas Baresi kepada Milan sangat tinggi. Sejak masuk Milan, Baresi tak pernah melirik rumput tetangga. Baginya, Milan sudah menjadi bagian dari hidupnya. Cintanya terhadap klub yang telah membesarkan namanya itu tak bisa diukur dalamnya. Padahal, godaan klub-klub lain kepadanya begitu besar. Sebagai pemain yang dinilai sebagai defender terbaik saat itu, banyak klub besar yang sangat membutuhkan jasanya. Namun, Baresi tak pernah tergoda. Sebab, remangat dan jiwanya berada di San Siro. Selain kehebatan dalam bermain, kewibawaan, dan prestasi yang dia berikan, dedikas serta kesetiaannya membuat sosoknya semakin sakral. "Uang tidak akan pernah bisa menggantikan kesetiaan dan cinta. Aku tidak pernah berpikir pindah ke manapun, meski ditawari gelimang kemewahan. Akan lebih memuaskan jika aku bisa mengakhiri karier di Milan," katanya pada 1994, seusai membawa Milan juara Liga Champions.
SEJAJAR DENGAN BECKENBAUER
Sebagai defender, Baresi punya kecepatan, kekuatan, juga kecerdasan dalam membaca permainan. Dia juga tenang dan berwibawa. Tak hanya teman-temannya yang hormat kepadanya, tapi juga para lawan. Faktor-faktor itu masih didukung keberanian yang besar, juga teknik yang tinggi. "Dia defender terbaik Dunia. Di masanya, tak ada pemain belakang yang bisa menandinginya. Kemampuannya, bersaing dengan Franz Beckenbauer (defender Jerman)," puji Giancarlo Rinaldi, pengamat sepak bola Italia.
Kebetulan, kedua legenda itu sama-sama berinisial FB. Lagipula, dalam bahasa sehari-hari Italia, Franco sering diucapkan Franz atau Frank. Namun, bukan lantaran kebetulan itu yang membuat Baresi disamakan dengan Beckenbauer. Pemain asal Brescia ini memang memiliki gaya dan kualitas permainan yang sama dengan Beckenbauer. "Saya kira, memang hanya dua defender yang begitu melegenda dan memiliki kewibawaan serta rekor yang hebat. Mereka adalah Beckenbauer dan Baresi. Keduanya punya kualitas permainan yang setara," puji Arrigo Sacchi yang pernah melatih Baresi di Milan.
Yang membedakan keduanya adalah soal prestasi di timnas. Beckenbauer begitu menonjol dan pernah membawa Jerman juara Piala Dunia 1974 sebagai pemain. Baresi belum sekalipun. Ketika Italia juara di Piala Dunia 1982, dia hanya menjadi pemain cadangan Gaetano Scirea dan tak pernah diturunkan.
Waktu yang dilalui Baresi bersama Gli Azzuri memang kurang sukses. Dia hanya bisa membawa Italia berada di urutan ke 3 Piala Dunia 1990 dan runner-up di Piala Dunia 1994. Meski begitu, kegagalan itu tak melunturkan kehebatannya. Sebagai kapten dia tetap sosok berwibawa dan mampu mengatur tim dengan baik. Sebagai defender, dia benteng yang sulit ditembus. Sebagai tokoh, dia begitu menonjol hingga disebut Il Bandiera. Ya, dia memang simbol sakral I Rosoneri yang sulit dicari penggantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar